Dua kali aku ditampar

Hari ini adalah sayyidul ayyam atau jum'at, dimana setiap muslim termasuk saya beribadah jum'at. Saya pun segera bersuci kemudian ambil shaf terdepan dan mengikuti khutbah kemudian shalat. Ini ada satu ayat yang artinya:
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. 62:9)
 Cukuplah bagi saya, satu ayat ini sebagai alasan untuk 'ngeles' dari apapun yang menyibukkan saya. Yang membuat saya tertampar adalah khutbah si khatib (saya lupa siapa namanya). begini ceritanya:
Khatib naik mimbar setelah adzan, kemudian mukadimah dan bercerita tentang satu hadist yang artinya:
 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan  "Seorang laki-laki yg lusuh lagi kumal krn lama bepergian mengangkat kedua tangan ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanan haram, minuman haram, pakaian haram dan daging tumbuh dari yg haram, maka bagaimana doa bisa terkabulkan.?” [Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86].
(pakk...) tertamparlah pipi saya untuk kedua kalinya dalam dua jum'at. Cukup panas, tanpa bisa membalas.
Pada jum'at minggu lalu saya tertampar untuk pertama kalinya oleh seorang hafidz yang menjadi khatib saat itu. Beliau juga mengawali khutbah dengan sebuah hadist shahih, yang artinya:

Dari Abu Abdullah An-Nu'man bin Basyir ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)
(pakk...) tertamparlah pipi saya untuk pertama kalinya. Mudah-mudahan tamparan ini adalah bentuk kasih sayang sang khalik kepada saya yang hina ini.
Mengapa saya merasa tertampar? ya, ini hanya karena saya baru saja mengetahui dari seorang rekan kerja dari partai anggaran bahwa separuh dari pendapatan (gaji) yang selama ini saya terima mengandung hal haram yang samar-samar (udah haram kok masih samar.. hehe). Tamparan kedua terasa lebih keras karena teman saya (yang tadi) berkata bahwa untuk bulan ini sampai waktu yang tidak ditentukan, pegawai akan menerima seluruh porsi gajinya dari bunga bank yang di dapat dari investasi perusahaan melalui bentuk deposito di lembaga ribawi.
Dua minggu berturut-turut, perasaan berkecamuk di dalam dada. Terngiang-ngiang "yang haram itu jelas dan yang halal itu jelas" dan saya pun "mengetahuinya", dan begitu berani saya melontarkan pertanyaan "darimana saya makan jika bukan dari gaji yang saya terima?". Sungguh, dalam kehendakNya saya hidup dan menjalani hidup ini. Bahkan saya sok peduli dengan sejawat yang muslim yang juga berkeluarga menerima nasib yang sama seperti saya (terjebak dalam haram dan masih mencari pembenaran). Cukup sudah kurasakan.
Saya tidak bergulat lagi dengan diri sendiri. Mengambil keputusan untuk setia dan tetap memilih Dia daripada dunia dan seisinya ini adalah jalan yang benar (menurut saya). Saya berbaik sangka saja kepada Tuhan sebab Dia itu sebagaimana prasangka makhlukNya terhadapNya. Saya pun yakin matinya saya mempertahankan perintahNya dalam masalah ini akan menjadi pertimbangan di yaumul hisab nanti. Satu ayat lagi yang cukup menjadi penyegar dan penyemangat bagi saya untuk menghidupi (setidaknya) diri saya sendiri dengan pendapatan yang diperoleh dari jalan yang dibenarkan menurut syariat islam yang artinya: "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah."  bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

author
Aris Wirawan
Seorang internet marketing enthusiast. Sedang mengoptimasi dan mengautomasi bisnis dengan partner menggunakan teknologi informasi terkini.